Selasa, 27 Januari 2015

Pengertian Durhaka Terhadap Orang Tua



I
Durhaka Terhadap Orang Tua



A.  Pengertian Durhaka

Durhaka kepada orang tua adalah berbuat buruk kepada mereka dan menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq (durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u (memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun menurut syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang menyakiti kedua orang tuanya.
‘Uquuqul walidain (durhaka kepada orang tua) adalah dosa besar. Yang dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya. Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang disukai keduanya, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh mereka berdua. Sebesar apa pun ibadah yang dilakukan oleh seseorang hamba, itu semua tidak akan mendatangkan manfaat baginya jika masih diiringi perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya. Sebab, Allah swt. menggantung semua ibadah itu sampai kedua orang tuanya ridha. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa dia berkata, “Tidaklah seorang muslim memiliki dua orang tua muslim, (kemudian) dia berbakti kepada keduanya karena mengharapkan ridha Allah, kecuali Allah akan membukakan dua pintu untuknya –maksudnya adalah pintu surga–. Jika dia hanya berbakti kepada satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan untuknya) pun hanya satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka Allah tidak akan meridhai sang anak sampai orang tuanya itu meridhainya.” Ditanyakan kepada Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya.” Oleh karena itu ketika ada seseorang yang memaparkan kepada Rasulullah saw. tentang perbuatan-perbuatan ketaatan (perbuatan-perbuatan baik) yang telah dilakukannya, maka Rasulullah saw. pun memberikan jawaban yang sempurna yang dikaitkan dengan satu syarat, yaitu jika orang itu tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.
Diriwayatkan dari ‘Amr bin Murah Al-Juhani r.a. bahwa dia berkata, “Seorang lelaki pernah mendatangi Nabi saw. kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang haq), kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah. Aku (juga) telah melaksanakan shalat lima (waktu), menunaikan zakat dari hartaku, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Nabi menjawab, ‘Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan (seperti) ini, maka dia akan bersama para nabi, shiddiqiin, dan syuhada pada hari Kiamat nanti seperti ini –beliau memberi isyarat dengan dua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah)—sepanjang dia tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.’”

Diantara bentuk durhaka adalah :
B. Hadits dan Al-Quran yang mencakup tentang durhaka kepada kedua orang tua
Durhaka kepada kedua orang tua adalah haram dan termasuk dosa besar. Allah Swt, berfirman:
وقضى ربك الاّ تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحساناً إما يبلغنّ عندك الكبر أحدهما او كلاهم فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريماً(الإسراء:23)
Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah keculai kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya, sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)


Diriwayatkan dari Abdurohman bin Abi Bakkah, dari ayahnya, dia
berkata: “Rasulullah saw bersabda: Artinya:“Maukah kalian (jika) aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Kami (para sahabat ) menjawab: ‘Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: ‘Menyekutukan (sesuatu) dengan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk, kemudian bersabda: “Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu. “Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ngulang perkataan itu, sehingga aku berkata: “Beliau tidak mau diam.” (Shahih Bukhori, juz 187, hlm. 372, Hadits No. 5519)


II
Macam-Macam Durhaka Terhadap Orang Tua

A.    Macam-Macam Durhaka Terhadap Orang Tua
1.      Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
Allah berfirman, "Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". (QS.al-Isra': 23).
Allah berfirman, "Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu berdua memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?". (QS. Al-Ahqaf: 17).

2.      Memaki kedua orang tua atau menyebabkan dicelanya kedua orang tua.
عن عبدالله ابن عمرو بن العاص أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال من الكبائر
 شتم الرجل و
الديه قالوا يا رسول الله وهل يشتم الرجل والديه ؟ قال نعم يسب أبا
الرجل فيسب أباه ويسب أمه فيسب أمه
Dari Abdullah bin 'Amr bahwasanya Rasulullah berkata, "Termasuk dosa besar seseorang memaki kedua orang tuanya". Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, apakah seseorang memaki kedua orang tuanya?". Rasulullah menjawab, "Ya, dia memaki bapak orang lain sehingga orang lain tersebut memaki bapaknya. Dia memaki ibu orang lain sehingga orang tersebut memaki ibunya".[9]

3.      Menentang perintah keduanya dan tidak mentaatinya.
Aku berkata, Dalam hadits ini banyak faedah yang berharga dan keunikan yang langka, panjang untuk menjelaskannya namun yang terpenting bagi kita di antaranya adalah betapa besarnya (masalah) berbakti kepada orang tua secara khusus terhadap ibu. Dan bahwasanya tidak diperkenankan bermaksiat terhadap kedua orang tua dalam perkara baik dan shalih. Dalam hadits tersebut juga ada terkabulnya doa orang tua sebagaimana datang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:
 ثلاث دعوات مستجابات لا شك فيهن: دعوة الوالد على ولده ودعوة المسافر ودعوة المظلوم.
"Tiga doa yang terkabulkan tidak diragukan lagi: doa orang tua terhadap anaknya, doa orang yang safar dan doa orang yang terdhalimi".
Hadits ini dihasankan oleh Imam al-Albani di dalam Shahih al-Jami': 3033. dalam hadits tersebut bisa diambil faedah, apabila ada permasalahan yang saling bertentangan maka didahulukan yang paling penting dan paling wajib, karena Juraij mendahulukan shalat sunat atas mendatangi panggilan ibunya. Wallahu a'lam.

4.      Bernasab kepada selain bapaknya dan berlepas diri darinya.
Dari Sa'd dari bapaknya yaitu Ibrahim, Abdurrahman bin 'Auf berkata kepada Shuhaib, "Bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu bernasab kepada selain bapakmu". Shuhaib berkata, "Tidak menggembirakanku bila aku memiliki ini dan itu dan aku mengucapkan hal itu. Akan tetapi aku dicuri ketika aku masih kecil".[13]
Ini adalah sejauh-jauhnya tingkatan durhaka dia berlepas diri dari bapaknya dan bernasab kepada selain bapaknya padahal dia mengetahuinya. Mungkin karena meninggalkan nasab yang rendah atau mengharapkan nasab yang tinggi atau takut untuk mengakui nasabnya atau mendekatkan diri kepada orang lain dengan bernasab kepadanya. Dalam hadits ini terdapat pengingkaran dan mengkufuri kenikmatan yang telah diberikan bapaknya kepada dirinya dan ini termasuk dosa besar.

5.      Memutuskan silaturahmi dan meninggalkannya.
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda:
ليس شيء أطيع الله فيه أعجل ثوابا من صلة الرحم و ليس شيء أعجل عقابا من البغي و قطيعة
 الرحم و اليمين الفاجرة تدع الديار بلاقع .
"Tidak ada sesuatu yang Allah ditaati padanya yang lebih cepat pahalanya dari pada silaturahmi. Dan tidak ada sesuatu yang lebih cepat hukumannya dari berbuat kedhaliman, memutuskan silaturahmi dan sumpah palsu menjadikan rumah-rumah tanpa penghuni".[14]
عن جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ قال: قال النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ.
Dari Jubair bin Muth'im berkata, Rasulullah bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi".[15]
An-Nawawi berkata, "Hadits ini memiliki dua tafsiran:
Pertama: Dibawa kepada orang yang menghalalkan memutuskan silaturahmi dengan tanpa sebab dan tanpa syubhat disertai pengetahuannya akan haramnya memutuskan silaturahmi. Ini kafir dan kekal dalam neraka tidak akan masuk surga selamanya.
Kedua: Makna hadits tersebut, tidak akan masuk surga dari awalnya bersama orang-orang yang terdahulu masuk surga, akan tetapi dia dihukum dengan diakhirkan masuk surga dengan batas waktu yang dikehendaki Allah(bagi mereka yg hanya memutus silaturrohmi dengan tetap meyakini hukumnya asal)".[16]

B.     Tingkatan durhaka
Wahai anak yang berbakti –Semoga Allah memberi ilham kepadamu untuk berbakti dan memberi taufik kepadamu untuk bertakwa-, ketahuilah bahwa durhaka memiliki tingkatan, sebagiannya lebih jelek dari sebagian yang lain. Sebagaimana berbakti juga memiliki tingkatan sebagiannya lebih tinggi dengan sebagian yang lain.
Al-Hulaimi berkata, "Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa besar yakni pabila dalam kedurhakaan tersebut disertai celaan atau makian atau pukulan maka ini perbuatan keji. Tetapi jikaa kedurhakaan tersebut berupa merasa berat melaksanakan perintah keduanya ataupun larangan keduanya dan bermuka masam di hadapan keduanya dan merasa bosan terhadap keduanya namun disertai melaksanakan ketaatan dan senantiasa diam, maka ini termasuk dosa kecil.
Namun apabila apa yang dia lakukan menyebabkan kedua orang tuanya menahan diri dari memerintahnya sehingga keduanya mendapatkan kemudharatan, maka ini termasuk dosa besar”.

C.    Sebab Anak Durhaka dan Cara Mengatasinya
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang durhaka kepada kedua orang tuanya, diantaranya:
1.      Tidak mengetahui keagungan orang tua dan tidak mengetahui hukuman atas kedurhakaan itu, baik hukuman di dunia maupun di akhirat kelak.
2.      Adanya sikap orang tua yang lebih mengutamakan atau mementingkan  sebagian anak atas sebagian lainnya atau dalam kata lain adanya ketidakadilan yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya.
3.      Kelalaian dari orang tua dalam menafkahi anak-anaknya semasa kecil.
4.      Berteman dengan orang-orang yang buruk budi pekertinya yang mendorong sahabatnya menentang orang tuanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurariroh r.a., dia berkata : “Rasulullah saw
bersabda:
Artinya : “(Akhlak) seseorang itu tergantung pada akhlak sahabat karibnya. Karena itu, hendaklah salah seorang diantara kalian
memperhatikan siapa yang digauli (nya).” (Musnad Imam Ahmad, Juz 16. hlm: 226, no Hadits 7685)

Itulah factor-faktor yang menyebabkan anak durhaka kepada orang tuanya. Namun jika ditelaah lebih lanjut, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan.
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan.
Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang


III
Akibat Durhaka Terhadap Orang Tua

Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:
1.      Hukuman di dunia.
عن أنس قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم :  من عال جاريتين حتى تدركا دخلت الجنة أنا وهو كهاتين
وأشار بإصيعه السبابة والوسطى و بابان معجلان عقوبتهما في الدنيا : البغي والعقوق
 Dari Anas berkata, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang menanggung dua anak perempuan sampai dewasa maka aku dan dia akan masuk surga –dan Rasulullah mengisyaratkan dua jarinya jari telunjuk dan jari tengah-) dan juga ada dua pintu yang disegerakan hukumannya di dunia yaitu: kedhaliman dan durhaka".[22]

1)      Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.

Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu? Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah. Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya? Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara  dengannya selama 6 tahun. Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia! Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh. Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi? Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
 “Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)


Sang pemuda kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku.
2)      Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.”


2.      Hukuman di Akhirat
1)      Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.”

2)      Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…”
Ya Allah, jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu karena kedurhakanku pada mereka. Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.” Duhai saudaraku, di sinilah letak hubungan erat yang tak terpisahkan antara kita dan kedua orang tua kita. Betapa pentingnya menanamkan pendidikan akhlak yang mulia pada anak-anak kita, sehingga kita meninggalkan warisan yang paling berharga yaitu anak-anak yang saleh, yang dapat mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian pada kita bukan hanya di dunia tetapi juga di alam Barzakh dan akhirat.

3)      Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.”


4)      Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.”

5)       Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.”

6)      Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”
Na’udzubillâh, semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman bagi setiap muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di akhirat. Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.

7)      Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.”

8)      Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…”

9)      Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu? Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah. Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya? Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara  dengannya selama 6 tahun. Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia! Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh. Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi? Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:
يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
 “Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya. Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku. Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat? Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku.



Kisah Nyata di

2 komentar:

  1. Subhanallah,jadikan aku anak yg berbakti kepada orang tua ya allah

    BalasHapus
  2. Harrah's Lake Tahoe Casino - MapyRO
    Harrah's Lake Tahoe Casino in Stateline, Nevada is a 논산 출장안마 Stateline casino with a full casino 진주 출장샵 and sports book. View the 거제 출장안마 ✓menu, 사천 출장안마 ⏰hours, 창원 출장마사지 ☎️phone number,  Rating: 4.1 · ‎6 votes · ‎Price range: $$

    BalasHapus