Partai
Indonesia Raya didirikan di solo pada Desember 1935. Partai ini merupakan
gabungan dari dua organisasi yang berfusi, yaitu BU, dan PBI. Sebagai ketuanya
dipilih Dr. Sutomo. Tujuan partai adalah mencapai Indonesia Raya dan mulia yang
hakekatnya mencapai Indonesia Merdeka. Di Jawa anggota PARINDRA banyak berasal
dari petani, mereka kemudian disebut dengan kaum Kromo. Di daerah lain masuk kaum Betawi, Serikat Sumatera dan
Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan petisi Sutardjo yang
ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama, yang lainnya I.J Kasimo,
Dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat Tiong dan Alatas.
1.
Sejarah
Partai Indonesia Raya (PARINDRA)
Parindra didirikan di Solo oleh
dr. Sutomo tanggal 26 Desember 1935. Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia
Raya. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam membela kepentingan rakyat di
volksraad adalah Moh. Husni Thamrin. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup
berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi
Indonesier.
Dalam
halini kita mulai dengan, Dr.Soetomo dimana beliau adalah seorang tokoh pendiri
Budi Otomo, pada ahir tahun 1935 di kota Solo, Jawa tengah, berusaha untuk
menggabungkan antara PBI (Persatuan Bangsa Indonesia). Serikat Selebes, serikat
Sumatra, serikat Ambon, Budi Otomo, dan lahirnya sebagai tanda berakhirnya fase
kedaerahan dalam pergerakan kebangsaan menjadi Parindra (Partai Indonesia
Raya). PBI sendiri merupakan klub studi yang didirikan oleh Dr.Soetomo pada
tahun 1930 di Surabaya, Jawa Timur.
Ada beberapa tokoh yang ikut serta dan bergabung dengan
Parindra (Partai Indonesia Raya) pada saat itu ialah:
1) Woeryanigrat
2) Soekardjo Wijopranto
3) Raden Mas Margono Djojohadikusumo
4) R. Panji Soeroso
5) Mr.Soesanto Tirtoprojo
Parindra
berusaha menyusun kaum Tani dengan mendirikan RT (Rukun Tani), menyusun serikat
pekerja perkapalan dengan mendirikan Rukun Pelayaran Indonesia (Rupelin),
menyusun Perekonomian dengan menganjurkan Swadeshi (Menolong diri sendiri),
mendirikan Bank Nasional Indonesia di Surabaya, serta mendirikan
percetakan-percetakan yang menerbitkan surat kabar dan majalah.
Pada saat berdirinya, Parindra telah memiliki
52 cabang dengan 2.425 anggota. Pada tahun 1936 meningkat menjadi 57 cabang
dengan 3.425 anggota. Dalam kongresnya di Jakarta tanggal 15-18 Mei 1937,
Parindra mengambil sikap moderat. Sikap moderat dinilai sangat fleksibel dan
menguntungkan dengan situasi dan kondisi pada saat itu.
Akhirnya Parindra dapat mendudukan wakilnya dalam Volksraad,
yaitu Muhammad Husni Thamrin. Parindra banyak melakukan kritik terhadap
Belanda, bahkan terhadap Petisi Soetarjo 1936, karena dinilai kurang
mengakomodasi kepentingan rakyat.
Untuk memperbaiki perekonomian rakyat, Parindra membentuk
organisasi rukun tani, membentuk sarikat-sarikat sekerja, menganjurkan swadesi
ekonomi, dan mendirikan “Bank Nasional Indonesia”. Kongres kedua dilaksanakan
di Bandung pada 24-27 Desember 1938.
Karena saat itu Dr. Sutomo sudah meninggal maka kongres memilih K.R.M.
Wuryaningrat untuk menjadi ketua partai. Dalam Kongres itu diambil
keputusan-keputusan, antara lain: tidak menerima peranakan (Indo) menjadi
anggota, berusaha keras mengurangi pengangguran, dan meningkatkan transmigrasi
guna memperbaiki kesejahteraan.
Kegiatan Parindra ini sangat didukung oleh Gubernur Jendral
Hindia Belanda, pada saat itu ialah Van Starkenborg yang menggantikan de Jonge
pada tahun 1936. Pada tahun 1937 Parindra memiliki anggota 4.600 orang,
berjalan dengan waktu pada tahun 1938 anggota Parindra bertambah menjadi 11.250
orang, anggota ini sebagian besar berkonsentrasi di Jawa Timur. Diperkiraan
anggota Parindra (Partai Indonesia Raya) pada saat itu berjumlah 19.500 orang.
Dengan gagalnya Partindo untuk mengadakan kongres pada tanggal 22-25 Desember
1933 menimbulkan gagasan baru bagi Dr. Sutomo selaku Ketua PPPKI untuk
menyatukan partai-partai lain dibawah asuhannya. Maka direncanakan oleh
Dr.Sutomo adanya penggabungan partai antara Budi Otomo dan PBI.
Kemudian pada tanggal 6 Januari 1934 dibentuk panitia ad hoc dari pihak PBI, dan Budi Otomo,
yang bertugas untuk mengadakan perundingan tentang adanya penggabungan kedua
partai tersebut. Pada tanggal 19 April 1935 Panitia berhasil merealisasi
gagasan penggabungan (fusi) antara dua partai tersebut dan akan dinyatakan
/diresmikan pada kongres tanggal 24-26 Desember 1935. Hasil penggabungan dua
partai yakni PBI dan Budi Otomo menjadi Partai Indonesia Raya yang disingkat
menjadi Parindra. Pada tanggal 24-26 Desember 1935 kongres bersama-sama antara
Budi Otomo dan PBI dilaksanakan di Surakarta. Hasil kongres menyatakan sesuai
dengan hasil keputusan rapat Panitia ad hoc, yaitu penggabungan dua partai PBI
dan Budi Otomo menjadi Partai Indonesia Raya disingkat menjadi Parindra. Sebagai
ketua dipilih Dr. Sutomo, dan wakil Ketua K.R.M Wuryaningrat.
1)
Melakukan pencerdasan secara
politik-ekonomi-sosial kepada masyarakat sebagai bekal dalam menjalankan
pemerintahan sendiri di masa depan.
2) Menggalang persatuan
dan kesatuan Indonesia tanpa memandang suku, agama, ras, pendidikan dan
kedudukannya.
3) Membentuk dan
menjalankan aksi besar hingga diperoleh pemerintahan yang demokratis, berdasar
kepentingan dan kebutuhan bangsa Indonesia.
4) Bekerja keras di
setiap bidang usaha untuk meninfkatkan kesejahteraan rakyat baik secara
ekonomis, sosial, maupun politis.
5) mengusahakan adanya
persamaan han dan kewajiban serta kedudukan dalam hukum bagi seluruh warga
Negara Indonesia.
2.
Tujuan Partai Indonesia Raya
(PARINDRA)
Partai Indonesia Raya merupakan partai politik yang bergerak
berdasarkan rasa nasionalisme Indonesia dengan tujuan menjadikan Indonesia
Mulia dan Sempurna. Parindra menganut azas kooperatif, atau memilih untuk
berkerja sama dengan pemerintahan belanda.
Hasil penggabungan dua partai yakni PBI dan Budi Otomo
menjadi Partai Indonesia Raya yang disingkat menjadi Parindra. Pada tanggal
24-26 Desember 1935 kongres bersama-sama antara Budi Otomo dan PBI dilaksanakan
di Surakarta. Hasil kongres menyatakan sesuai dengan hasil keputusan rapat
Panitia ad hoc, yaitu penggabungan dua partai PBI dan Budi Otomo menjadi Partai
Indonesia Raya disingkat menjadi Parindra. Sebagai ketua dipilih Dr. Sutomo,
wakil Ketua K.R.M Wuryaningrat.
Pada
kongres tersebut, dicetuskan pula tujuan PARINDRA, yaitu sebagai berikut:
1) Bahwa tiap-tiap manusia berhak dan
berkewajiban untuk berjuang bagi keselamatan Negara dan bangsanya. Untuk itu
harus ada kerjasama antara rakyat dan Parindra untuk mencapai kemakmuran dan
kemulian Indonesia.
2) Bahwa Parindra bertujuan untuk
membentuk sebuah Negara Indonesia Raya yang harus dilaksanakan oleh rakyat
sendiri.
3) Parindra berkeyakinan untuk
memperjungkan sebuah Negara yang makmur, untuk itu rakyat Indonesia harus
bersatu baik dalam bidang politik maupun dalam bidang ekonomi.
Untuk
mencapai tujuan tersebut dalam kongres dicetuskan pula syarat-syarat yang
meliputi beberapa bidang:
1) Susunan pemerintahan yang
demokratis, bersandar atas kepentingan dan kebutuhan Indonesia.
2) Alat pemerintahan yang berdasar dan
ditujukan pada kepentingan Indonesia serta dipegang sendiri oleh bangsa
Indonesia.
3) Kedudukan yang sama bagi segala
penduduknya.
4) Hak dan kewajiban yang sama bagi
tiap-tiap orang.
Tujuan
perjuangannya adalah untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan
melakukan hal-hal yang nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat banyak, seperti
memajukan pendidikan, mendirikan koperasi rakyat, mendirikan bank-bank untuk
rakyat dan juga mendirikan persatuan nelayan.
3.
Perjalanan Partai Indonesia Raya
(PARINDRA)
Di saat gerak Parindra berhasil
dengan baik dan berkembang dengan pesat, sehingga sudah akan mengadakan
konggres lagi yang ke II yakni pada bulan Desember tahun 1938, mendadak ada
kesedihan dalam diri Parindra sebab Dr.Sutomo yang merupakan motor dari
Parindra meninggal dunia pada tanggal 30 Mei 1938 di Rumah Sakit Pusat
Surabaya. Sebelum beliau meninggal masih sempat berpesan Sudirman:
"Saudaraku, pesanku padamu dan pada saudara-saudara lain semuanya yang
akan kutinggalkan, bekerjalah terus untuk kemajuan pergerakan kita. Ketahuilah
olehmu saudara, bahwa pergerakan bangsa kita masih harus berkembang, harus
bersemi dan harus selalu maju. Oleh karena itu, saudara sampaikanlah pesanku
kepada saudara-saudara semuanya yang tidak dapat mengunjungi saya kemari,
bersama-samalah bekerja lebih giat dan kuat guna kemajuan pergerakan dan
perjuangan bangsa".
Atas permintaan beliau sendiri jenazah dikebumikan di
halaman Gedung Nasional Surabaya. Walaupun Dr.Sutomo telah meninggal, tetapi
dengan adanya pesan terakhir tersebut, maka kaum pergerakan Nasional khususnya
Parindra semangatnya pantang mundur. Untuk membina tetap adanya kekompakan pada
diri Parindra, selaku Ketua diganti oleh R.M.A. Wurjaningrat sebagai Ketua
cita-cita atau tetap diteruskan.[4] Pada bulan Juli 1938 Rukun Tani sudah mampu
mengadakan konprensi yang pertama di Lumajang. Konprensi Rukun Tani Parindra
ini dimeriahkan juga dengan pasar malam, yang mendapat perhatian dari segala
lapisan masyarakat. Hadir dalam konprensi tersebut antara lain Gubernur Jawa
Timur Van der Plas. Di dalam sambutannya dia mengatakan simpatinya terhadap
Rukun Tani. Di harapkan juga oleh Van der Plas agar supaya Rukun Tani
menjauhkan dari soal-soal politik. Harapan dari Van der Plas tersebut tentunya
cukup didengar saja, sebab bagaimanapun juga Rukun Tani Parindra didirikan oleh
kaum pergerakan nasional, jadi jelas sedikit banyak tentu berbau politik.
Di dalam diri Parindra didirikan juga koprasi Tani yang
disebut Loemboeng-cooperatie (lumbung koprasi). Lumbung koprasi Parindra ini
banyak sekali didirikan di jawa Timur, antara lain di Dawuhan, Gombloh,
Kaliboto, Jogayudan, Karangbendo, Jombang, Kutorejon, dan lain-lain. Parindra
selain memperhatikan bidang politik dan ekonomi, bidang sosial pun mendapat
perhatian yang baik sekali, sehingga dibentuk Departemen Sosial Parindra. Dalam
bidang ini Parindra mengusahakan pemeliharaan penganggur dan pembukaan berbagai
klinik umum. Pekerjaan sosial lainnya yang tidak mampu ditangani oleh Parindra
sendiri, wakil Parindra memperjuangkan di dalam dewan-dewan. Pekerjaan sosial dimaksud
antara lain perbaikan perumahan rakyat, pengaturan ait umum, pembuatan kakus
umum, dan lain-lain. Dengan demikian jelas bahwa Parindra berjuang dalam bidang
sosial masyarakat tidak hanya terbatas pada kemampuan yang ada, tetapi Parindra
juga memperjuangkan kepada dewan (Perlemen), sesuai dengan jiwa atau sifat
perjuangan Parindra yakni koperasi incidental. Di dalam bidang pendidikan
Parindra juga berusaha untuk memperjuangkan melalui dewan. Usaha ini antara
lain:
1) Memperjuangkan untuk dapatnya mengubah
jumlah dan jenis sekolah yang cocok dengan rencana kemakmuran dan perkembangan
penduduk.
2) Memperjuangkan untuk dapatnya
menurunkan uang sekolah dengan maksud agar sesuai dengan kemampuan rakyat. Di
samping itu juga diperjuangkan agar supaya anak-anak yang tidak mampu mendapat
kesempatan untuk belajar dengan cuma-Cuma
3) Memperjuangkan untuk dapatnya
memberikan beasiswa secara luas dan menyelenggarakan asrama murah bagi para
siswa sekolah menengah dan sekolah tinggi dan apabila dipandang perlu juga
untuk anak-anak sekolah rakyat.
Dengan
melihat usaha-usaha Parindra yang menyeluruh, maka wajar apabila Parindra
mendapat sambutan yang baik sekali dari masyarakat Jawa Timur sehingga partai
ini hidup terus sampai nanti tahun 1942. Dengan bergantinya penjajah, dari penjajah
Belanda kepada penjajah Jepang yang mana Jepang melarang partai yang berbau
politik hidup di Indonesia.
KESIMPULAN:
Partai Indonesia Raya,
didirikan dr.Sutomo, dengan tokoh terkenalnya M.H Thamrin, tujuannya untuk
mencapai Indonesia raya, dan perjuangan Parindra dalam volksraad cukup
berhasil. Pemerintah Belanda akhirnya mengganti istilah inlandeer menjadi
Indonesier.
Kakek saya termasuk pendiri Partai Perindra. Nama beliau R.Moeldjadi dwidjo Darmo.
BalasHapus6. R.Mulyadi Dwijo Darmo atau R.Moeldjadi Dwidjo Darmo memang termasuk Tokoh Perindra yg terlupakan. Padahal nama beliau Masuk kategori tokoh yg menjadi Sorotan Dijaman Kolonial Belanda.
BalasHapus